Sebab Tuhan Punya Rancangan Damai Sejahtera
Yeremia 33 : 14 – 16
- Kita mulai dari masa akhir pelayanan Yeremia saat pemerintahan Raja Zedekia di mana situasi mulai berubah. Pada tahun 597 Raja Yoyakhin yang masih muda dengan angota kabinetnya di buang ke Babel. Muncullah seorang nabi palsu yang bernama Hanaya bin Azur sebagai juru bicara yang memalsukan nubuatan yang sesungguhnya tentang Yehuda. Nampaknya nubuatan Hanaya yang mengatakan bahwa Yehuda akan selamat dan jaya hampir sama dengan nubuatan Yeremia, namun sesunguhnya nubuatan ke dua nabi itu sungguh berbeda. Nubuatan Hanaya tidak menyerukan pertobatan sedangkan Yeremia sangat menekankan pada pertobatan. Yeremia menegaskan bahwan kejayaan dan kemenangan Yehuda tidak datang dalam waktu dekat seperti “mimpi-mimpi” dalam nubuatan Hanaya. Yeremia mengajak Yedua untuk sabar menanggung segala penderitaan yang mereka alami. Pederitaan itu bukanlah kehendak Allah, namun Ia menginjinkannya supaya bangsa itu mengingat perbuatan Tuhan dan kembali padaNya. Yeremia mengajak umat itu untuk menerima situasinya.
- Yeremia menyerukan supaya Yehuda bersabar dalam pengharapan dan penantian sebab jika telah tiba masanya maka Tuhan akan bertindak (33 : 14 – 16). Yeremia menyerukan bahwa keselamatan ini bukan dalam artian hanya kembali pada keadaan semula, namun sesungguhnya tergantung pada rencana Allah, Pengharapan itu harus berdasarkan pada kebaikan, keadilan dan kesetiaan Allah. Bukan rencana manusia, namun rancangan Allah semata yang akan menuntun umatnya keluar dari kegelapan dan masuk pada terangNya yang abadi. “Pada waktu itu Yehuda akan dibebaskan, dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram. Dan dengan nama inilah mereka akan dipanggil: TUHAN keadilan kita!”
- Tuhan tidak lupakan kita dan Ia senantiasa menepati janjiNya inilah yang menjadi dasar sukacita kita setiap saat. Banyak orang yang tidak suka melihat masa lalunya, malah memilih untuk melupakannya saja karena menganggap masa lalunya kelam. Tak ada yang menyenangkan dan pantas untuk diingat, tetapi Pemazmur/Daud dalam salah satu Psalm Public Thanksgiving yang ia tuliskan, ia begitu bersemangat melihat ulang pengalaman hidup yang telah dia lalui: Tuhan telah menjawab doa yang dia panjatkan dengan hati nuraninya yang tulus (ayat 16- 20). Jika demikian, dalam ibadah perayaan thanksgiving hari marilah kita renungkan:
- Adakah keinginan di dalam hati kita untuk senantiasa ikut bernyanyi, mengingat dan mensyukuri Kasih Karunia Allah?
- Apa saja yang mungkin menjadi tembok penghalang bagi sukacita kita atau penghalang bagi kita untuk senantiasa bernyanyi, mengingat dan menyaksikan kebesaran nama Tuhan?
- Mau dan mampukah kita untuk menyaksikan kepada orang lain tentang kebesaran Karya Tuhan melalui cara hidup kita yang benar?
Amin